Minggu, 03 Oktober 2010

KEBAJIKAN SEJATI

Allah berfirman dalam QS al-Baqarah, 2 : 177, Artinya : “bukanlah menghadapkan wajah kamu ke arah Timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir, dan orang-orang yang meminta-minta, dan memerdekakan hamba sahaya, melaksanakan shalat secara sempurna, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janji mereka apabila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peerangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.
Kebajikan atau ketaatan yang mengantar kepada kedekatan kepada Allah bukanlah dalam menghadapkan wajah dalam shalat ke arah timur dan barat tanpa makna, tetapi kebajikan- yang seharusnya mendapat perhatian semua pihak- adalah yang mengantar kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu keimanan kepada Allah, dan lain-lain yang disebut oleh ayat ini. Redaksi ayat diatas dapat juga bermakna : bukannya menghadapkan wajah ke arah timur dan barat yang merupakan semua kebajikan, atau bukannya semua kebajikan merupakan sikap menghadapkan wajah ke timur dan barat. Menghadap ke timur atau barat bukan sesuatu yang sulit atau membutuhkan perjuangan, tetapi ada tuntutan lain yang membutuhkan perjuangan dan disanalah kebajikan sejati ditemukan.
Kebajikan sempurna ialah orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dengan sebenar-benarnya iman sehingga meresap dalam hati/ jiwa dan membuahkan amal-amal saleh, percaya juga kepada malaikat-malaikat sebagai makhluk-makhluk yang ditugaskan Allah dengan aneka tugas, lagi umat taat dan sedikitpun tidak membangkang perintah-Nya, juga percaya kepada semua kitab-kitab suci yang diturunkan, khususnya Al-Qur’an, Injil, Taurat, dan Zabur yang disampaikan melalui para malaikat dan diterima pada nabi, juga percaya kepada seluruh nabi-nabi, yang merupakan manusia-manusia pilihan Tuhan yang diberi wahyu untuk membimbing manusia. Ini semua merupakan sisi keimanam yang abstrak (keyakinan / akidah).
Setelah Al-Qur’an mnyesuaibut sisi keimanan yang tidak tampak, kemudian melanjutkan penjelasan tentang contoh-contoh kebajikan sempurna dair sisi yang lahir ke permukaan. Contoh-contoh itu antara lain berupa kesediaan mengorbankan kepentingan harta yang sudah tidak disenangi atau tidak dibutuhkan –walaupun ini tidaj terlarang-, tetapi memberikan harta yang dicintainya secara tulus demi meraih cinta-Nya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan, dan orang-orang yang meminta-minta, dan juga memberi untuk tujuan memerdekakan hamba sahaya, yakni manusia yang diperjualbelikan dan atau ditawan oleh musuh, maupun yang hilang kebebasannya akibat penganiayaan, melaksanakan shalat secara benar sesuai syarat, rukun dan sunnah-sunnahnya, dan menunaikan zakat sesuai ketentuan dan tanpa menunda-nunda, setelah sebelumnya memberikan harta yang dicintainya selain zakat, dan orang-orang yang terus menerus menepati janjinya apabila berjanji. Adapun yang amat terpuji adalah orang-orang yang sabar, yaitu tabah, menahan diri, dan berjuan dalam mengatasi kesempitan, yaitu kesulitan hidup seperti krisis ekonomi; penderitaan, seperti penyakit atau cobaan; dan dalam peperangan, yakni ketika perang sedang berkecamuk. Mereka itulah orang-orang yang benar, dalam arti sesua sikap, ucapan, dan perbuatannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar