Rabu, 06 Oktober 2010

NILAI HADIS AYAT SETAN DALAM TAFSIR (Studi Kualitas Hadis Ayat Setan dalam KitabTafsir al-Thabari)

A.  Latar Belakang
Al-Thabari adalah Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir ibn Yazid ibn Katsir ibn Ghalib al-Thabari, seorang Imam yang agung, mujtahid mutlak, yang memiliki banyak karya terkenal dalam berbagai bidang keilmuan Islam. Ia lahir pada tahun 224 H dan wafat pada tahun 310 H di Baghdad. Ia dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki banyak keahlian dalam ilmu-ilmu keislaman, seperti keilmuan Al-Qur’an, Tafsir, Fiqih, hadis, dan sejarah.
Salah satu karya terbesar Ibn Jarir dalam tafsir yaitu Tafsir “Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an” dalam tigapuluh juz. Tafsir al-Thabari adalah kitab tafsir tertua yang ada sekarang ini, dan dianggap paling bernilai dan paling terkenal, yang di dalamnya terhimpun berbagai riwayat yang terkait dengan penjelasan Al-Qur’an, disamping penalaran yang akurat tentang istinbat hukum, tarjih berbagai pendapat, dan pembahasan yang bebas tidak terikat pada madzhab tertentu.
Sistematika Ibn Jarir dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah dengan cara mencari sandaran pendapat dari kalangan Sahabat dan Tabi’un (Tafsir bi al-Ma’tsur) dengan menyebutkan sanad yang utuh. Jika dalam penafsiran terdapat beberapa riwayat, maka al-Thabari mengarahkan pada riwayat yang dinilainya lebih akurat, dan melakukan tarjih diantaranya, dan menentukan pendapat yang dipilihnya. Akan tetapi dalam banyak riwayat Ibn Jarir tidak memberikan komentar atau penilaian, dan menyerahkan penilaian riwayat-riwayat yang dikutipnya kepada generasi-generasi yang datang sesudahnya. Dalam hal ini ia tidak bisa dikatakan bersalah, karena sumber-sumber kutipannya telah disebutkan dengan jelas. Sebagai seorang sejarawan, ia telah menunaikan tugas dengan baik, dan menjadi tugas generasi berikutnya untuk meneruskan usaha yang telah dirintisnya.
Diantara riwayat yang dikutip oleh al-Thabari adalah riwayat tentang “ayat-ayat setan”, yaitu riwayat yang menyebutkan bahwa ketika Nabi Muhammad menerima wahyu Al-Qur’an surat al-Najm : 19-20 (tentang Lata, ‘Uzza. dan Manat) lalu setan menambahkan “Tilka al-Gharaniq al-‘Ula wa syafa’atuhunna laturja” (itu adalah gharaniq yang agung dan syafa’atnya diharapkan). Dalam riwayat itu disebutkan bahwa ketika ayat-ayat itu dibaca oleh Nabi (dengan tambahan ayat setan) orang-orang Islam lalu sujud, juga orang-orang musyrik Makkah melakukan hal yang sama. Orang makkah merasa bergembira karena “tuhan-tuhan” mereka telah diadopsi oleh Nabi Muhammad, dan ditempatkan secara wajar dan baik sekali. Riwayat-riwayat seperti itu kemudian dikutip oleh penulis-penulis Barat dan dijadikan dasar pemikiran bahwa Al-Qur’an itu tidak otentik, dan ada yang palsu.
Riwayat-riwayat tentang “ayat setan” oleh al-Thabari tidak diberi penjelasan dan komentar, dan bahkan dipakai sebagai landasan penafsiran ayat 52 surat al-Hajj. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang “riwayat-riwayat yang berhubungan dengan ayat-ayat setan”, dalam rangka untuk menyingkap kualitas riwayat-riwayat tersebut, baik dari sisi sanad maupun matannya (kritik internal dan eksternal).

B.  Rumusan Masalah dan Hipotesis
Masalah utama dalam penelitian ini adalah “apa nilai hadis/ riwayat tentang ayat-ayat setan” dalam kitab tafsir al-Thabari?  Apakah riwayat itu sampai pada tingkat shahih, hasan, dha’if atau malah maudlu’? Apakah isi riwayat-riwayat itu sejalan misi kenabian, dan ayat-ayat Al-Qur’an sendiri? Mungkinkah riwayat-riwayat itu disusupkan oleh orang-orang non-muslim yang mempunyai motivasi jahat?
Kesimpulan sementara yang peneliti ajukan adalah bahwa riwayat-riwayat itu tidak shahih, dan bertentangan dengan kema’shuman Nabi Muhammad, khususnya dalam menerima wahyu.

C.  Tujuan Penelitian
Penelitian akan berusaha mengungkap nilai hadis/ riwayat tentang ayat-ayat setan dalam kitab tafsir al-Thabari, yang oleh pengarangnya tidak mendapat komentar apapun, bahkan dijadikan sebagai landasan penafsiran ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk menjelaskan nilai hadis/ riwayat tentang ayat setan, apakah shahih, hasan, dha’if ataukah maudlu’.
2.      Untuk menjelaskan apakah isinya sejalan dengan Al-Qur’an dan misi kenabian.
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor eksternal masuknya riwayat tentang ayat-ayat setan.

D.  Tinjauan Pustaka
Sejauh yang peneliti lakukan, sampai saat ini belum menemukan penelitian yang berkaitan dengan kajian terhadap hadis-hadis/ riwayat yang terdapat dalam kitab tafsir al-Thabari, khususnya tentang ayat-ayat setan. Bahkan riwayat tersebut justru menjadi rujukan bagi penulis-penulis lain yang datang sesudah masa al-Thabari, dan menyandarkan rujukannya kepada kitabnya tersebut.

E.   Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang objek kajiannya adalah teks-teks yang terdapat dalam kitab tafsir al-Thabari. Langkah-langkah yang akan ditempuh untuk menganalisis data agar dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1.      Menginventarisasi semua hadis/riwayat tentang ayat setan.
2.      Menginventarisasi semua periwayat yang terlibat dalam hadis yang dijadikan objek penelitian.
3.      Meletakkan dasar-dasar dan tolok ukur yang digunakan dalam penilaian para periwayat, kemudian membahas semua periwayat yang terkait dengan hadis yang diteliti.
4.      Menentukan periwayat yang dipandang lemah atau diperselisihkan otoritasnya dalam periwayatan. Setelah itu menentukan dan mengumpulkan semua hadis yang di dalamnya terdapat periwayat yang dipandang lemah.
5.      Memperhadapkan isi dari riwayat-riwayat yang diteliti dengan Al-Qur’an, hadis-hadis yang lebih akurat, dan sejarah nabi Muhammad.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahu, Muhammad Muhammad, al-Hadis wa al-Muhaddisun au ‘Inayah al-Ummah al-
Islamiyyah bi al-Sunnah al-Nabawiyah, al-Qahirah : Syarikah Sahimah Mishriyah, 1378 H.

Al-Adlabiy, Shalahuddin ibn Ahmad, Manhaj Naqd al-Matn ‘Ibd Ulama al-Hadis al-
Nabawiy, Bairut : Dar al-Afaq al-Jadidah, 1983.

Al-Albaniy, Muhammad Nashiruddin, Silsilah al-Ahadis al-Da’ifah wa al-Maudu’ah wa
Asaruha al-Sayyi’ fi al-Ummah, Bairut : al-Maktab al-Islamiy, 1985.

Al-Asqalaniy, Sihabuddin Abi al-Fadl Ahmad ibn Ali ibn Muhammad (Ibn Hajar), Hady
al-Sariy Muqaddimah Fath al-Bariy, Bairut : Dar al-Fikr, tt.

______. Nuczhat al-Nadzar Syarh Nuhbat al-Fikr, Semarang, Matba’ah al-Munawwar, tt.

______. Kitab Tahdzib al-Tahdzib, Bairut : Dar al-Fikr, tt.

Al-A’dzamiy, Muhammad Mushthafa, Manhaj al-Naqd ‘ind al-Muhaddisin Nasyatuh wa
Tarikhuh, al-Amiriyah al-Riyad : Syarikah al-Tiba’ah al-Arabiyyah al-Sa’udiyyah
al-Mahdudah, 1982.

Al-Baghdadiy, Abu Bakar Ahmad ibn Ali ibn Tsabit al-Khatib, Kitab al-Kifayah fi ‘Ilm al-
Riwayat, Bairut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, tt.

Al-Bukhariy, Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail,al-Jami’ al-Shahih(Shahih al-Bukhariy),
Bairut : Dar al-Fikr, 1981.

Al-Daraquthniy, Ali ibn Umar ibn Ahmad ibn Mahdi ibn Mas’ud ibn Dinar ibn Abdilah,
Sunan al- Daraquthniy, Bairut : Dar al-Fikr, 1975.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar